8/06/2010

Movie Marathons #2


Tokyo! (2008)
director:
Michel Gondry, Leos Carax, Bong Joon-ho.
Three 40 min shorts by three directors: Gondry, Carax and Bong Joon-Ho. And I enjoyed all three very much. Ini bukan semata-mata meramu tema kota Tokyo, tapi gambaran besar yang unik tentang cinta, identitas dan tujuan hidup. All three stories do a great job conveying what it feels like to be a small fish in a big pond. Tema besar tentang alienasi yang mencuat, dan betapa hiruk pikuk kota besar dapat dengan mudahnya membawa perasaan terbuang dan kesepian. Michel Gondry memulai film ini dengan segmen 'Interior Design' semacam coming of age tale, sepasang kekasih berusaha mendapatkan tujuannya masing-masing, dan Gondry melakukannya dengan metafora yang mengejutkan sekaligus indah. Leos Carax membawa kita pada 'Merde' dengan opening scene yang - mari kita sebut saja - 'nendang'. Makhluk dari bawah tanah membawa teror ke pusat kota. Terakhir, Bong Joon-ho menciptakan 'Shaking Tokyo' sebuah cerita cinta yang aneh dengan sedikit Murakami-esque. Seorang Hikokomori yang kehidupan 'damai'nya terganggu oleh gempa bumi dan kedatangan pengantar pizza yang cantik. Overall, as a tribute, satire or simply guide to modern Tokyo, Tokyo! is very effective. The film is so unique, it must be viewed by everyone! Go see it!

All About Eve (1950)
director: Joseph L. Mankiewicz.
All About Eve is simply the perfect film. Apa lagi yang bisa dikatakan tentang film ini? Penyutradaraan yang baik dan salah satu naskah terbaik yang pernah dimiliki Hollywood. Sebuah studi karakter yang lengkap dengan cast yang memukau: Bette Davis, Anne Baxter, Celeste Holm, George Sanders, dan jika itu semua belum cukup - it's got Marilyn Monroe! What more could you want!? Interesting plot? CHECK! Great story? CHECK! Amazing dialogue? CHECK! This is an excellent film in every aspect. The 14 Oscar nominations, and six wins, testify to this. Fasten your seatbelt, and watch this movie - NOW!




 

Metropolis (1927)
director: Fritz Lang.
Saat orang-orang menyebut Blade Runner, 2001: Space Odyssey, Star Wars, dan The Matrix sebagai suguhan sci-fi terbaik, Metropolis seakan hilang bersamaan dengan berlalunya jaman. Metropolis is the first true masterpiece of science fiction in film. Metropolis memiliki 'efek' yang sama (jika tidak lebih) seperti saat pertama saya menyaksikan 2001: Space Odyssey. Jika film-film sci-fi masa kini sibuk dengan segala visual effect nan canggih, coba bayangkan apa yang dilakukan Fritz Lang saat membuat film dengan keajaiban visual seperti ini di tahun 20an. Ini film bisu, tapi kebisuannya berhasil membeberkan cerita dengan sangat baik. Seperti film German-Expressionist lainnya, film ini memiliki ke-orisinalitasan dalam segala aspek; dari kostum hingga gambaran kota modern masa depan yang jelas-jelas memberikan banyak pengaruh bagi film-film sci-fi masa kini. Dark City and Brazil both have Metropolis look-a-like cities. And Star Wars's C-3PO was obviously based on Bridgette Helm's robot. And the story!!! Perfect in every detail. Intriguing, exciting and thrilling with lots of religious undertones and tyranic leaders. No wonder Hitler liked this movie.

The Dreamer (2003)
director: Bernardo Bertolucci.

Paris, Mei 1968. Revolusi terjadi dan dunia berada dalam masa transisi, namun dibalik dinding sebuah apartemen, tiga anak muda mengalami revolusinya sendiri. Yes, one of the best cinematic experiences is offered by Bertolucci. Sebuah tribute untuk masa muda, sex, dan kejayaan sinema (kususnya 60an). Bertolucci dengan caranya sendiri memberikan penghormatan kepada para ikon dalam sejarah sinema dunia, mulai dari Chaplin hingga Buster Keaton, Fred Astaire, Truffaut, Godard, hingga Greta Garbo. Ketiga protagonis seakan hidup dalam film-film yang mereka kagumi. Mereka bermain-main dengan dialog dari film-film, meniru karakter-karakter, dan menempatkan diri dalam adegan seperti di film-film yang mereka sukai. This movie maybe not for everyone. But I think all film buffs will enjoy this one.

Delicatessen (1991)
director: Marc Caro, Jean-Pierre Jeunet.
Delicatessen adalah suguhan unik dari sutradara Jean-Pierre Jeunet yang juga menyutradarai film manis 'Amelie'. Sulit menjejalkan film ini dalam satu genre; it's a surreal black comedy, a human drama, a post-apocalyptic horror movie, a twisted thriller, and a futuristic fantasy. Bercerita tentang Louison yang gembira dengan pekerjaan barunya di sebuah bangunan apartemen, namun tanpa sadar ia tengah menjadi incaran para penghuni untuk dijadikan santapan. Dengan cerita 'ngeri' macam ini (Ya, ini film tentang kanibalisme), Delicatessen tidak lantas terjebak menjadi film horror yang umum. Is it horror? Yes. Is it a comedy? Yes. Is it brilliant? Oh yes! Delicatessen is not only pretty funny, it looks terrific as well. Dari sequence pembuka hingga akhir kita disuguhi kualitas visual yang sempurna. Melding the perfect mixture of the visual grace of a silent film with a modern soundscape and bearing a twenty-first century post-apocalyptic sardonic sense of humor, Jean-Pierre Jeunet and Marc Caro's "Delicatessen" becomes one of the finest contemporary films.

Persepolis (2007)
director: Vincent Paronnaud, Marjane Satrapi.
Jika berbincang tentang dunia sinema negeri Iran dengan tema kewanitaan, nama besar macam Abbas Kiarostami dan Mohsen Makhmalbaf pastilah akan segera terbersit. Namun di tahun 2007, sebuah nama baru tersebutkan: Marjane Satrapi. Parsepolis adalah suguhan animasi yang luar biasa dalam kesederhanaannya. Sebuah cerita tentang wanita muda yang harus hidup di masa perang rovolusi. The animation is charming; you forget that it's mostly black and white, and remember only how beautiful it is. Film ini memadukan isu personal dan sejarah dengan narasi yang menarik. With a bit quirky by the style of presentation, resulting in work that is altogether funny and touching.


 
Shallow Grave (1994)
director: Danny Boyle.
Sebuah pertanyaan berbau moral: Jika menemukan koper berisi banyak uang, apa yang akan kamu lakukan? 1. Melaporkannya pada polisi; 2. Membagikannya pada orang-orang yang kesusahan; 3. Akan kamu simpan dan nikmati. Guru PPKN di sekolah mungkin akan menasehatimu untuk memilih jawaban pertama. Robin Hood mungkin akan menyuruhmu memilih pilihan kedua. Sedangkang tiga orang protagonis dalam film ini akan mengajakmu memilih pilihan ketiga dan berjanji akan membaginya rata. Shallow Grave adalah sebuah sajian modern thriller dengan bumbu cerita yang cukup untuk memberikan tayangan suspense yang layak. Para penggemar Hitchcock mungkin akan menikmati film ini. Plotnya sangat menarik, dengan pesan moral yang tak lantas menjadikannya basi. Seperti juga plot-nya, film ini akan menimbulkan banyak pertanyaan: Just how far are you going to go for money? Will you kill for it? Are you willing to share it? Will you give up your best friends for it? How insane will a large amount of cash drive you? And in the end, and this is the most important question "Shallow Grave" rises, will it make you happy?

Dogma (1999)
director: Kevin Smith.

Dogma, is one of the funniest movie I have ever seen. Saya pikir orang-orang dengan paham agama yang sedikit fanatik akan mencak-mencak jika melihat film ini. Yes, Dogma's topic was a very sensitive one and could have been misused, but I think Kevin Smith has dealt with the subject perfectly. Anyone who has critisized Dogma for being offensive has really not understood the film. Dogma penuh dengan momen-momen ajaib dan dialog-dialog khas Kevin Smith yang kadar lucunya keterlaluan. Berhubung saya bukan seorang katolik, beberapa dialog sedikit membuat saya bingung. But, oh, God, I LOVED it! Tak ada film lain yang mengangkat isu theological dengan sebaik (atau selucu) ini. Kevin Smith bukan hanya berhasil mentertawakan agama (in a good way), tapi juga memaknainya dengan lebih dalam (dan jangan lupakan fakta bahwa Smith sendiri adalah seorang yang aktif dalam organisasi beragama. So, he knew excatly what he's writing). If you go into "Dogma" expecting a trim and tidy theological comedy of manners, you'll be sorely disappointed. If you're looking for something with the same filthy gorgeous lunacy of existence itself, this is it.

Planet Terror (2007)
director: Robert Rodriguez.
Untuk kali ini Tarantino harus mengakui bahwa ia kalah telak. Mari bayangkan sebuah pertandingan tinju dengan tajuk "Grindhouse: Planet Terror vs Death Proof! And the winner is....PLANET TERROR!!! Sebuah tribute untuk zombie-flick dan b-movie. Sebuah kota kecil diserang virus yang merubah orang-orang menjadi (semacam) zombie. Semua aspek untuk tayangan grindhouse ada di sini: humor garing, darah muncrat, potongan tubuh melayang-layang, ledakan, tembakan, lebih banyak ledakan, lebih banyak tembakan, dan tentunya tubuh perempuan. Cerita absurd tak masuk akal sudah tak jadi soal di sini. Para penggemar karya-karya awal Peter Jackson pasti akan menyukai film ini. I found this hilarious and excellent entertainment. Particularly recommended to fans of splatter-comedy-horror.

Some Like It Hot (1959)
director: Billy Wilder.

Disebut-sebut sebagai salah satu komedi terbaik sepanjang masa. Some Like It Hot dibintangi Marilyn Monroe, Tony Curtis, dan Jack Lemmon. Disutradarai Billy Wilder, salah satu sutradara terbaik Hollywood. Berseting tahun 1929, dua orang musisi miskin menjadi saksi mata sebuah pembantaian yang dilakukan segerombolan mafia. Berusaha untuk menyelamatkan diri, mereka menyamar menjadi wanita dan bergabung dengan sebuah grup musik untuk lantas melarikan diri ke Florida. This is where the fun begins. This movie is a gem from start to finish. Curtis, Monroe, dan Brown bermain dengan sangat baik. Sebuah film dengan kombinasi komedi, action, suspense, dan romance. Mendapat 6 nominasi Oscar. This is a true classic from start to finish. It's recommended for anyone who likes to laugh. Dan satu hal lagi: Marilyn Monroe never looked hotter!

0 comments:

Post a Comment